Crocodylus palustris, spesies buaya yang disingkirkan dari Narmada
Sudah punah di Bhutan dan Myanmar, perampok telah terdaftar sebagai rentan di Daftar Merah IUCN sejak 1982.

Buaya perampok, juga disebut buaya rawa atau buaya moncong lebar, adalah spesies (Crocodylus palustris) asli habitat air tawar dari Iran selatan dan Pakistan hingga anak benua India dan Sri Lanka. Ini telah menjadi pusat perhatian baru di Gujarat, di mana Departemen Kehutanan telah mulai mengevakuasi para perampok dari dua kolam di lokasi Bendungan Sardar Sarovar di Narmada, untuk memfasilitasi layanan pesawat amfibi di Patung Persatuan .
Sudah punah di Bhutan dan Myanmar, perampok telah terdaftar sebagai rentan di Daftar Merah IUCN sejak 1982. Di India, ia dilindungi di bawah Jadwal I Undang-Undang Perlindungan Satwa Liar, 1972. Di antara enam jadwal dalam Undang-undang, Jadwal I dan bagian II dari Jadwal II memberikan tingkat perlindungan tertinggi bagi spesies yang terdaftar, dengan hukuman paling keras bagi pelanggar.
Untuk hewan yang terdaftar dalam Jadwal I, segala jenis aktivitas pengendalian populasi, penangkapan untuk penangkaran, atau transportasi dapat melibatkan proses yang rumit. Seorang pakar satwa liar mengatakan: Setiap aktivitas yang melibatkan hewan, secara teknis memerlukan izin dan sanksi dari berbagai pihak berwenang. Ini adalah proses yang membosankan yang melibatkan rantai dokumen, dan izin.
Ini bahkan termasuk pengangkutan buaya. Jadi relokasi atau penangkapannya pasti ilegal tanpa izin. Namun, pemerintah negara bagian memiliki wewenang untuk memberikan izin dalam beberapa situasi di mana mereka menjadi bahaya bagi populasi manusia.
Vadodara, 90 km dari bendungan Narmada, adalah satu-satunya kota di negara tempat buaya hidup di habitat aslinya di tengah populasi manusia. Buaya dari sungai Vishwamitri, di mana mereka berjumlah sekitar 300, sering masuk ke rumah orang, sehingga menimbulkan konflik dan penangkapan. Sebagian besar buaya ini kemudian dilepaskan di perairan bendungan Narmada, jauh dari habitat manusia.
Para ahli mengatakan buaya terdaftar di bawah Jadwal I bukan karena takut punah tetapi untuk mencegah perdagangan mereka. Buaya dihargai karena kulit dan dagingnya. Dalam beberapa kasus, mereka juga disembah, termasuk di Narmada. Dalam berhala Dewi Narmada, buaya adalah kendaraannya; ada patung di lokasi Bendungan Narmada. Dewi Khodiyar Maa, yang dipuja oleh sebagian Gujarat, juga terlihat menunggangi buaya sebagai simbol supremasinya atas tanah dan air.
Bagikan Dengan Temanmu: